Lebak, Banten, benuapostnusantara.com — Kasus mogok sekolah yang dilakukan sejumlah siswa SMAN 1 Cimarga, Kabupaten Lebak, Banten, kini berbuntut panjang. Aksi tersebut dilakukan sebagai bentuk protes terhadap pihak sekolah setelah seorang siswa diketahui ditampar karena kedapatan merokok di lingkungan sekolah.
Namun, dampak dari aksi ini kini meluas ke dunia kerja. Sejumlah pemilik perusahaan dan pihak Human Resource Development (HRD) disebut mulai menyimpan rekam jejak digital kasus ini sebagai bahan pertimbangan dalam proses rekrutmen di masa depan, khususnya terhadap lulusan SMAN 1 Cimarga angkatan 2026–2028.
Banyak warganet menilai aksi mogok tersebut sebagai bentuk solidaritas yang keliru, karena membela pelanggaran justru bertentangan dengan nilai disiplin dan tanggung jawab yang sangat dibutuhkan dalam dunia kerja.
“Dunia kerja menghargai individu berintegritas, bukan yang menormalisasi pelanggaran aturan atas nama solidaritas,” tulis salah satu komentar warganet yang banyak mendapat dukungan.
Publik juga menyoroti pentingnya pendidikan karakter di sekolah agar siswa tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki moral dan tanggung jawab sosial yang kuat. Banyak pihak berharap kasus ini menjadi pembelajaran bagi seluruh pelajar dan tenaga pendidik di Indonesia untuk lebih menekankan nilai kedisiplinan dan etika dalam lingkungan pendidikan.
Redaksi








