Dalam aksinya, demonstran membawa poster bertuliskan “Rakyat Susah, DPR Foya-Foya” dan “Tolak Gaji Fantastik DPR”. Mereka menilai, keputusan menaikkan gaji para wakil rakyat hanya akan menambah beban keuangan negara, sementara kebutuhan pokok masyarakat semakin melambung.
Situasi memanas ketika aparat kepolisian berusaha membubarkan massa yang memblokir jalan utama menuju Kompleks Parlemen. Saling dorong antara demonstran dan petugas tak terhindarkan, bahkan sempat terjadi pelemparan botol plastik dan gas air mata dilepaskan untuk membubarkan kerumunan.
Menurut keterangan Koordinator Aksi, Rizki Pratama, kenaikan gaji DPR disebut tidak memiliki urgensi.
Kami menolak keras gaji fantastik DPR. Anggaran seharusnya dialokasikan untuk pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan rakyat, bukan untuk memperkaya pejabat,” tegasnya.
Sementara itu, pihak kepolisian menyatakan tindakan tegas dilakukan untuk menjaga ketertiban umum. Kombes Pol. Arman Nugraha, Kabid Humas Polda Metro Jaya, mengatakan aparat berupaya melakukan pendekatan persuasif terlebih dahulu sebelum mengurai massa.
Di sisi lain, Sekretariat Jenderal DPR menegaskan bahwa wacana kenaikan gaji masih berupa pembahasan internal dan belum ada keputusan resmi. Namun, isu tersebut telah memantik gelombang kritik luas dari publik.
Hingga berita ini diturunkan, situasi di sekitar Gedung DPR mulai kondusif setelah massa membubarkan diri, meski masih ada sejumlah demonstran yang bertahan di kawasan Slipi, Jakarta Barat