Benua Post Nusantara | Menebar narasi perpecahan, memancing permusuhan dalam negeri, dan memperlemah soliditas bangsa adalah ancaman nyata bagi keutuhan Indonesia.
Kutipan Akademis sebagai Penegas
Menurut UNESCO, hubungan antar etnik di Indonesia menunjukkan bahwa keberagaman memang cenderung menurunkan trust, tetapi justru meningkatkan tolerance. Ini menandakan bahwa kita berdiri di gerbang harapan, bukan di tepi kehancuran.
Sementara itu, Anthony D. Smith mendefinisikan bangsa sebagai komunitas yang menyatukan kultur dan politik, seolah menjadi mekanisme fundamental mempertahankan kesatuan dalam sejarah panjang bangsa.
“Dalam keragaman, kita menemukan jati diri bangsa. Namun ketika elite bernyanyi di atas penderitaan rakyat, suara perbedaan berubah menjadi gema pecah; seolah Bhinneka hanyalah kata hampa tanpa jiwa.”
Dengan pemahaman ini, kita tidak hanya mengutuk tragedi Affan atau keangkuhan elit. Lebih dari itu, kita mengundang kesadaran: persatuan bukan hadiah, tetapi perjuangan kolektif. Bila persatuan digerogoti, bangsa tak hanya kehilangan martabat, tetapi juga posisi moralnya di dunia.
Epilog: Seruan untuk Nurani dan Kebersamaan
“Dalam kebhinekaan kita menenun jiwa bangsa. Namun ketika legislatif menari di atas tumbal rakyat, Bhinneka hanyalah slogan tanpa jiwa, bukan pengikat harmoni.”
Ini bukan sekadar kritik, melainkan seruan bersama:
1. DPR harus mengenang tugasnya: bukan sebagai penyedia tontonan elit, melainkan sebagai advokat rakyat.
2. Negara harus merefleksikan kembali Pancasila dalam tindakan nyata: melindungi yang lemah, bukan merayakan yang kuat.
3. Rakyat perlu bangkit, bukan dalam bentrokan, tetapi dalam soliditas kolektif, menuntut demokrasi yang bermartabat dan inklusif.
Persatuan adalah tarikan napas bangsa. Jangan biarkan tarian elit menguburnya dalam bayangan. Untuk itu, kepada seluruh rakyat Indonesia: mari rekonstruksi demokrasi bukan dengan simbol, tetapi dengan sistem inklusif yang menjunjung harkat manusia.
Tuntaskan tragedi tidak hanya lewat investigasi, tetapi juga dengan reformasi kebijakan yang memprioritaskan rasa keadilan dan melindungi pluralisme. Jadikan keragaman sebagai modal bangunan nasional, bukan objek permainan elit — agar bangsa ini tetap tegak sebagai laboratorium toleransi bagi dunia.
Netty