• Cari yang kamu suka

    Copyright © Benua Post Nusantara
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Live

    Iklan

    Menu Bawah

    Breaking News


    Idul Adha


     

    Pelepasan 1.040 Tukik ke Laut: Langkah Nyata Pelestarian Penyu di Pantai Taman Ngadirojo Pacitan

    Redaksi
    Minggu, 06 Juli 2025, 3:51:00 PM WIB Last Updated 2025-07-07T03:45:02Z



    benuapostnusantara.com , Pacitan - Sabtu sore, 5 Juli 2025, suasana di Pantai Taman Hadiwarno, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan, tampak lebih hidup dari biasanya. Sejumlah orang berkumpul di tepian pantai, menyaksikan momen yang tidak hanya menyentuh hati, tetapi juga sangat penting bagi masa depan ekosistem laut yaitu pelepasan 1.040 tukik atau anak penyu ke laut lepas.



    Acara ini digagas oleh pengelola Taman Hadiwarno sebagai bentuk komitmen dalam upaya pelestarian satwa langka yang kian terancam punah. Tukik-tukik ini merupakan hasil penetasan semi-alami di kolam konservasi yang selama ini menjadi bagian dari program perlindungan dan edukasi lingkungan di taman tersebut.



    Menurut Yanto, pengelola konservasi di Taman Hadiwarno, pelepasan tukik ini sebenarnya merupakan rutinitas yang dilakukan secara berkala. Namun, jumlah tukik kali ini jauh lebih banyak dari sebelumnya karena tingkat keberhasilan penetasan telur penyu yang lebih tinggi.



    “Kami memantau telur-telur yang kami amankan dari sekitar pantai sejak awal musim bertelur. Banyak yang menetas hampir bersamaan. Karena kolam penampungan sudah penuh, dan untuk menjaga agar tukik tidak stres atau saling memangsa, kita lepas ke alam,” jelas Yanto saat ditemui wartawan di lokasi pelepasan.


    Menurut Yanto, tukik-tukik ini sudah mencapai ukuran ideal untuk dilepasliarkan, yakni usia sekitar 5–10 hari, ketika insting alamiah mereka untuk menuju laut masih kuat dan risiko pemangsa di darat bisa diminimalkan.


    Pelepasan ribuan tukik ini tidak hanya menjadi aktivitas konservasi biasa. Warga sekitar, pelajar dari sekolah-sekolah di Ngadirojo, hingga wisatawan yang sedang berkunjung ke Pantai Hadiwarno tampak antusias mengikuti prosesi pelepasan. Anak-anak tampak riang, mengangkat tukik-tukik kecil itu dengan hati-hati, lalu menaruhnya perlahan di atas pasir basah yang berkilau diterpa matahari pagi.


    Suasana haru dan bahagia terasa bercampur. Banyak dari pengunjung mengabadikan momen langka ini lewat kamera ponsel mereka. Bagi sebagian besar dari mereka, ini adalah kali pertama menyaksikan langsung proses pelepasan tukik.


    “Saya senang sekali bisa ikut kegiatan ini. Ternyata lucu-lucu ya anak penyu itu. Semoga mereka bisa tumbuh besar dan kembali ke pantai ini suatu hari nanti,” ujar Nina, pelajar SMP asal Ngadirojo, dengan mata berbinar.


    Kegiatan ini juga menjadi sarana edukasi lingkungan yang sangat efektif. Pihak pengelola memberikan penjelasan langsung tentang siklus hidup penyu, ancaman yang mereka hadapi, dan peran masyarakat dalam menjaga habitatnya.


    Penyu adalah spesies yang dilindungi secara nasional maupun internasional. Di Indonesia sendiri, terdapat enam dari tujuh spesies penyu dunia, termasuk penyu hijau, penyu lekang, dan penyu sisik beberapa di antaranya diketahui bertelur di perairan selatan Jawa, termasuk Pacitan.


    Namun demikian, populasi penyu terus menyusut drastis akibat berbagai ancaman. Perburuan liar terhadap telur maupun induknya, pencemaran laut oleh sampah plastik, serta perusakan habitat pantai adalah sebagian faktor utama yang menyebabkan penyu kian langka.


    “Penyu sangat sensitif. Mereka bisa bingung kalau habitatnya terganggu. Sampah plastik juga sangat berbahaya karena tukik bisa mengiranya makanan,” terang Yanto.


    Ia juga menyampaikan bahwa dari 1.040 tukik yang dilepas ke laut, secara statistik, hanya satu atau dua yang bisa bertahan hidup hingga dewasa. Angka itu memperlihatkan betapa beratnya tantangan yang harus dihadapi tukik untuk bertahan hidup di alam liar.


    “Taman ini bukan cuma tempat wisata. Ini tempat belajar, tempat menyelamatkan masa depan anak cucu kita lewat laut yang sehat dan satwa yang lestari,” ujarnya.


    Taman Hadiwarno, yang awalnya hanya berupa kawasan wisata pantai biasa, kini berkembang menjadi pusat konservasi yang memiliki nilai edukasi tinggi. 


    Ia berharap, dengan dukungan semua pihak, kawasan Taman Hadiwarno bisa menjadi percontohan konservasi penyu berbasis masyarakat di wilayah selatan Jawa Timur.

    Taman Hadiwarno kini tidak sekadar menjadi tempat wisata, tetapi telah berkembang menjadi pusat konservasi dengan nilai edukatif tinggi. Sandy, salah satu pengunjung, menyampaikan dukungannya terhadap pelestarian penyu dan ekosistem laut.


    “Kami mendukung sepenuhnya upaya konservasi ini. Harapan kami, kegiatan seperti ini bisa terus berlanjut demi keberlanjutan lingkungan laut,” ujarnya.


    Senada dengan Sandy, Sonia, pengunjung lainnya, menyatakan harapannya agar Pantai Hadiwarno bisa menjadi percontohan konservasi berbasis masyarakat di wilayah pesisir selatan Jawa Timur. 


    “Kegiatan ini membuka mata kita. Bahwa laut bukan tempat sampah, tapi sumber kehidupan,” imbuhnya.


    Menutup acara pelepasan tukik, pengelola mengajak seluruh masyarakat untuk berkomitmen menjaga laut dan pesisir dari pencemaran dan eksploitasi berlebihan.


    “Laut bukan tempat sampah. Laut adalah sumber kehidupan. Apa yang kita lakukan hari ini semoga menjadi awal yang baik bagi generasi mendatang,” pungkas Yanto.


    Tukik adalah istilah untuk anak penyu yang baru menetas dari telur. Di alam liar, tukik akan secara alami merayap menuju laut untuk memulai siklus hidupnya. Namun banyak dari mereka tidak sampai ke laut akibat predator atau campur tangan manusia. Konservasi tukik menjadi langkah penting dalam menjaga spesies penyu tetap lestari di perairan Indonesia.(*)


    Penulis : Iwan

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    Tag Terpopuler