Tim dari Museum Geologi Bandung bersama Disporabudpar dibantu komunitas Kotasejuk dan warga sekitar melanjutkan kegiatan ekskavasi fosil gajah purba Stegodon di kawasan Hutan Tritik, Kecamatan Rejoso,
Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.
Ekskavasi ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan tahun sebelumnya yang menemukan indikasi fosil cukup lengkap.. Penemuan Stegodon di hutan tritik Kabupaten Nganjuk.
Ekskavasi tahun ini sebenarnya lanjutan dari kegiatan tahun lalu. Saat survei bersama Pemda Nganjuk dan Komunitas Kotasejuk, kami menemukan indikasi adanya fosil yang cukup bagus. Setelah dicek, ternyata potensinya besar, jadi tahun lalu baru kami kupas sekitar 10 persen saja,” kata Unggul Prasetyo Wibowo, Kepala Tim Ekskavasi dari Museum Geologi, senin (20/10/2025).
Menurut Unggul, tahun ini tim menargetkan pengangkatan sisa bagian fosil yang belum terekskavasi. Dari hasil penggalian sejauh ini, tim telah menemukan beberapa bagian penting dari rangka Stegodon, termasuk rahang bawah beserta giginya yang menjadi penentu identifikasi .
Spesies Stegodon adalah genus dari subfamili Stegodontinae yang telah punah dari ordo Proboscidea, yang berkerabat dengan gajah modern. Nama "Stegodon" berasal dari bahasa Yunani, yang berarti "gigi beratap", mengacu pada bubungan khas pada geraham hewan ini .
Beberapa spesies Stegodon termasuk yang terbesar dari semua Proboscidea. Tingginya mencapai 4 meter di bahu dan panjang 8 meter, belum termasuk gadingnya yang hampir lurus sepanjang 3 meter .
Stegodon hidup dari sekitar 11,6 juta tahun lalu hingga akhir Pleistosen. Fosil mereka ditemukan di lapisan Neogen Asia dan Afrika. Selama Pleistosen, mereka hidup di sebagian besar wilayah Asia, Afrika Timur, dan Tengah. Stegodon juga ditemukan di Indonesia, seperti di Sangiran, Trinil, Gunung Patiayam ,dan yang baru baru ini ditemukan di hutan Tritik Kab Nganjuk Nganjuk Jawa Timur.
Anak Jenis Stegodon di Indonesia:
Beberapa anak jenis Stegodon yang ditemukan di Indonesia antara lain ,Stegodon trigonocephalus ngandongensis di Situs Ngandong, Blora .
Stegodon trigonocephalus praecursor di Situs Cisaat, Brebes .
Stegodon trigonocephalus di Situs Trinil, Ngawi .
Stegodon sondaari, spesies kerdil yang ditemukan di Pulau Flores .
Stegodon sebelumnya dianggap sebagai nenek moyang gajah dan mammoth modern, tetapi sekarang diyakini bahwa mereka tidak memiliki keturunan modern.
Beberapa spesies Stegodon mengalami dwarfisme pulau, seperti Stegodon florensis insularis di Pulau Flores. Perubahan iklim dan perburuan oleh manusia purba diduga menjadi penyebab kepunahan Stegodon .
Temuan Stegodon di hutan Tritik Nganjuk menambah referensi penemuan penemuan sebelumnya di Indonesia.
Ahli paleontologi Geologi Bandung, menggunakan metode seperti radiometrik dating untuk memperkirakan umur fosil berdasarkan rasio isotop radioaktif di dalamnya.
Mereka menggali temuan dengan sangat hati-hati agar struktur anatomi tidak rusak dan terpisah .Ia menjelaskan, lapisan batuan tempat ditemukannya fosil diperkirakan berusia sekitar 800 ribu tahun, sehingga fosil yang ditemukan memiliki usia yang sama. “Kalau umur lapisan batuan di sini sekitar 800 ribu tahun, jadi fosil ini juga kira-kira seusia itu,” tambahnya.
Unggul menegaskan, prioritas utama tim saat ini adalah penyelamatan dan konservasi fosil. Setelah seluruh bagian berhasil diangkat, fosil akan dikonsolidasikan dan dibahas bersama Pemerintah Kabupaten Nganjuk untuk penanganan selanjutnya.
“Urgensi awal adalah penyelamatan dulu. Kita angkat, kemudian kita konservasi. Nanti akan didiskusikan lebih lanjut dengan Pemda terkait tindak lanjutnya,” jelasnya. Tim menargetkan proses pengangkatan dapat diselesaikan dalam waktu sekitar satu minggu.
Sementara itu, Humas Komunitas Kotasejuk, Sukadi, menyampaikan bahwa pihaknya ikut terlibat dalam kegiatan ekskavasi lanjutan ini. “Alhamdulillah, Kotasejuk bersama tim dari Museum Geologi melakukan ekskavasi lanjutan terhadap fosil Stegodon yang tahun lalu sempat ditemukan dan ditimbun kembali. Tahun ini kami membantu dalam persiapan dan kegiatan lapangan,” ujar Sukadi.
Ia juga berharap agar Pemerintah Daerah hingga Pemerintah Pusat dapat menindaklanjuti temuan-temuan di kawasan Tritik dengan menjadikannya geosite hingga geopark. “Sebaran fosil di Tritik ini sangat banyak, baik fosil akuatik maupun darat. Kami mendorong agar kawasan ini dijadikan geosite, lalu meningkat menjadi geopark,” katanya.
Temuan Stegodon di Nganjuk ini menjadi salah satu penemuan fosil gajah purba yang paling lengkap secara anatomi di Jawa Timur, sekaligus menegaskan potensi Tritik sebagai kawasan geologi penting di Pulau Jawa.
Dalam exkavasi ini di harapkan,dapat menjadi sebuah edukasi evolusi kehidupan binatang purba, dengan mempelajari fosil, mereka dapat merekonstruksi bagaimana lingkungan purba terlihat, termasuk iklim dan ekosistem tempat organisme tersebut hidup.
Penelitian fosil stegoldon di hutan tritik ini , sangat penting untuk memahami bagaimana makhluk hidup telah berubah dan berkembang seiring waktu,dan menjadikan Nganjuk sebagai kawasan penelitian evolusi kehidupan Binatang Purba.(SR,TM Team)







