-->
  • Benua Post Nusantara

    Copyright © Benua Post Nusantara
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Kreatif


     

    Tex berjalan

    Iklan


     

    Category 2

    Ricuh Aksi Penambang Rakyat di Kantor PT Timah, Tuntutan Baru Dipenuhi Setelah Bentrokan

    Redaksi
    Selasa, 07 Oktober 2025, 10:49:00 AM WIB Last Updated 2025-10-07T03:49:09Z
    masukkan script iklan disini


     

    Benua Post Nusantara | Pangkalpinang, 6 Oktober 2025 — Aksi unjuk rasa ribuan penambang rakyat di depan Kantor Pusat PT Timah Tbk, Pangkalpinang, berakhir ricuh pada Senin (6/10). Bentrokan pecah setelah massa mencoba masuk ke area kantor, yang dibalas aparat dengan tembakan gas air mata dan water cannon.



    Kericuhan terjadi bertepatan dengan kunjungan kerja Presiden Prabowo Subianto ke Bangka untuk penyerahan aset rampasan kasus korupsi timah.


    Tuntutan Penambang


    Massa yang tergabung dalam Aliansi Tambang Rakyat Bersatu menyuarakan tiga tuntutan utama:


    Pembubaran Satgas Nanggala bentukan PT Timah dan Satgas Halilintar bentukan pemerintah.


    Kenaikan harga beli pasir timah dari penambang rakyat.


    Reformasi tata kelola timah yang lebih transparan dan berkeadilan.



    Kerusakan dan Korban


    Pantauan di lokasi, pagar kantor PT Timah roboh, kaca jendela pecah, dan sejumlah fasilitas rusak. Tembakan gas air mata bahkan masuk ke pemukiman warga sekitar.


    Sejumlah korban dilaporkan jatuh, mulai dari demonstran, polisi, jurnalis, hingga warga sipil yang terkena imbas gas air mata.


    Tuntutan Dikabulkan


    Meski sempat memanas, aksi ini berujung pada kesepakatan. PT Timah Tbk menyatakan siap menaikkan harga beli pasir timah dari rakyat, sementara Gubernur Bangka Belitung memberi sinyal positif terhadap pembubaran satgas.


    Direktur Utama PT Timah menegaskan perusahaan akan membeli timah basah dengan harga yang telah disepakati bersama penambang.


    Pertanyaan yang Tersisa


    Kesepakatan yang baru tercapai setelah ricuh memicu kritik tajam. “Mengapa harus ada kekerasan seperti ini baru aspirasi masyarakat didengar?” tanya seorang penambang.


    Peristiwa ini dinilai mencerminkan pola berulang: suara rakyat kerap diabaikan hingga akhirnya mendapat respons setelah situasi memanas.


    Tantangan ke Depan


    Aksi ini menegaskan urgensi tata kelola sumber daya alam yang pro-rakyat serta perlunya jalur komunikasi yang responsif antara perusahaan BUMN, pemerintah, dan masyarakat.


    Pencapaian kesepakatan diharapkan meredakan ketegangan jangka pendek. Namun, ujian sebenarnya adalah memastikan implementasi komitmen tersebut dan membangun dialog konstruktif tanpa harus menunggu kekerasan.


    (Reny)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    Pasang Iklan Anda Disini : 081295090601

    NamaLabel

    +