Jakarta, benuapostnusantara.com – Seiring dengan meningkatnya curah hujan dan kondisi suhu-kelembapan yang ideal di bulan Oktober, masyarakat banyak merasakan nyamuk semakin “bermunculan” di mana-mana. Fenomena ini tak hanya soal gangguan kenyamanan — potensi lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi perhatian serius.
Data Kasus Terbaru
Pada periode Januari–Juni 2025, Kementerian Kesehatan RI melaporkan 89.845 kasus DBD dengan 391 kematian di seluruh Indonesia.
Sementara itu, hingga Mei 2025, tercatat lebih dari 56.000 kasus DBD dengan sekitar 250 kematian — menyebar ke 456 kabupaten/kota di 34 provinsi.
Data provinsi juga menunjukkan disparitas: Jawa Barat misalnya, menjadi provinsi dengan angka kasus tertinggi di pertengahan 2025 dengan 17.281 kasus dari total nasional ~ 67.030 kasus hingga 12 Juni 2025.
Di sisi lokal, Kota Bogor melaporkan 408 kasus DBD sepanjang 1 Januari – 19 Agustus 2025.
Di Sulawesi Tengah misalnya, hingga Juli 2025 tercatat 780 kasus dengan 5 kematian.
Meski angka kematian relatif kecil dibanding jumlah kasus, Case Fatality Rate (CFR) yang terjadi tetap menjadi barometer penting efektivitas penanganan.
Kutipan Pejabat Kesehatan & Pernyataan Publik
Menurut Direktur Penyakit Menular Kemenkes RI, Ina Agustina Isturini, Indonesia tengah mendorong transformasi sistem kesehatan dan teknologi agar penanganan DBD lebih responsif. “Kadang kita baru bertindak kalau musuh sudah di depan mata. Tapi seharusnya justru sekarang kita anggap sudah kepepet karena ancaman itu nyata,” tegasnya.
Anggota Komisi IX DPR RI, Edy Wuryanto, menyatakan bahwa dengue adalah persoalan tahunan yang semakin kompleks: “Gerakan 3M Plus harus menjadi kebijakan kolektif yang terus digalakkan … masyarakat, DPR, hingga kementerian harus bergerak bersama.”
Di Sulawesi Tengah, Dinas Kesehatan provinsi menyampaikan bahwa meskipun angka kematian rendah, kewaspadaan tetap tinggi, mengingat lonjakan cepat bisa terjadi bila vektor tak dikendalikan.
Dinas Kesehatan Kota Cimahi mengimbau masyarakat untuk menanam tanaman seperti lavender, daun sirih, dan mint — karena tanaman-tanaman tersebut diyakini dapat mengusir nyamuk Aedes penyebar DBD.
Di Kabupaten Garut, Dinkes setempat menerapkan Gerakan 1 Kelas 1 Jumantik dan menyelenggarakan fogging di wilayah dengan angka kasus lebih dari 1 % dari populasi berisiko.