Program MBG (Makan Bergizi Gratis) bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat Indonesia, terutama balita, anak-anak sekolah, ibu hamil, dan ibu menyusui, dengan mengurangi stunting dan malnutrisi.
Program ini juga bertujuan untuk menggerakkan ekonomi lokal dengan memberdayakan petani dan UMKM, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk.
mewujudkan generasi sehat, cerdas, dan produktif.Namun dari di balik tujuan yang baik ini ternyata juga menimbulkan dampak masalah yang lain, yang mungkin dapat menjadi bahan evaluasi kedepan agar lebih baik.
Program MBG diragukan karena sering terjadi kasus keracunan makanan yang diduga akibat pengolahan dan penyimpanan yang tidak higienis, serta kontaminasi bakteri dan kimia pada bahan makanan. Masalah kontrol kualitas pada rantai makanan dari bahan baku, proses memasak, hingga penyajian dan distribusi yang terburu-buru telah menyebabkan ribuan siswa mengalami gangguan kesehatan, sehingga berbagai pihak mendesak moratorium dan evaluasi total program tersebut.
Banyak penyebab Keracunan Makanan pada Program MBG
Kontaminasi Mikrobiologis misalnya Bakteri seperti E.coli, Salmonella, dan Staphylococcus dapat ditemukan pada makanan yang menyebabkan keracunan.
Kontaminasi ini bisa terjadi di berbagai tahapan, mulai dari panen bahan makanan hingga saat disajikan.
Kontaminasi bahan kimia seperti penggunaan bahan tambahan makanan yang tidak tepat atau bahan kimia lain dapat mencemari makanan.
Proses pengolahan dan penyimpanan yang tidak sesuai prosedur.
Pengolahan bahan makanan dan penyimpanan yang tidak memenuhi prosedur dapat menurunkan kualitas makanan dan memicu pertumbuhan bakteri.
Jarak Waktu Penyajian yang Terlalu Lama juga sangat berpengaruh atas kwalitas makanan,Jarak waktu antara selesai memasak hingga makanan dikonsumsi yang terlalu lama memberikan kesempatan bagi bakteri untuk berkembang biak, sebagaimana aturan maksimal empat jam telah ditetapkan.
Dampak yang Terjadi sudah terbukti banyak kejadian di beberapa daerah anak anak yang mengkonsumsi keracunan.
Program MBG telah menyebabkan ribuan siswa keracunan, dengan gejala seperti mual, sakit perut, dan muntah.
hinga terganggunya kegiatan belajar siswa di sekolahnya.
Program ini juga mdapat menjadi beban ekonomi Pemerintah Daerah jika apabila terjadi korban korban keracunan untuk perawatanya.
Desakan dan Tuntutan Moratorium Banyak pihak, termasuk Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI), mendesak moratorium program MBG agar evaluasi menyeluruh dapat dilakukan.
Pemerintah dinilai Fokus pada Kuantitas, Bukan Kualitas ,dalam hal ini pemerintah hanya fokus pada peningkatan jumlah dapur dan penyaluran makanan daripada menjamin kualitas dan keamanan pangan.
Masalah ini bukan hanya pada teknis pengolahan makanan, tetapi juga pada sistem dan tata kelola program yang lemah, serta kurangnya transparansi dan akuntabilitas di lapangan. Evaluasi ini di harapkan agar Pelayanan program MBG ini akan lebih baik dan sesuai dengan harapan pemerintah dan masyarakat.(Tomo)