Di antara rekah sunyi dan lampu kota yang lesu..
aku menyimpan luka dalam jarak yang semu.. Langit merunduk menahan jejak yang rawan..
saat rindu menari di telaga yang buram
Tak lagi ada titimangsa dalam nadiku
yang ada hanya waktu yang terus menderu
Kau seperti bayang dalam lakuna,
muncul sebentar lalu sirna tanpa tanda..
Aku bicara pada dinding, pada genting, tentang perasaan yang genting. Malam menjadi saksi gelisah yang runtuh, seperti harapan yang hilang dalam peluh.
*Haruskah aku menanam alpa di dada? Atau merawat serpih cinta yang tak bersisa? Karena mencintaimu adalah paripurna,, dan kehilanganmu adalah niscaya yang sengaja.*
@ekashan | 9/5/25