BANDUNG, benuapostnusantara.com | Saya tidak bisa berbicara atas nama semua jurnalis, tetapi saya percaya banyak di antara kami yang berkomitmen untuk memberitakan kebenaran dan memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat. Profesi ini menuntut integritas dan keberanian, terlebih di tengah derasnya arus opini publik yang kerap menekan arah pemberitaan.
Saya juga menyadari bahwa dalam realitasnya, ada sebagian jurnalis yang mungkin memiliki agenda tertentu atau dipengaruhi oleh kepentingan tertentu. Hal ini menjadi tantangan besar bagi dunia pers, karena publik berhak mendapatkan informasi yang jernih, berimbang, dan tidak dipelintir oleh kepentingan sempit.
Pertanyaan yang kerap muncul adalah: Apakah seorang jurnalis otomatis dianggap bagian dari kelompok atau ideologi tertentu hanya karena tidak memberitakan isu tertentu, seperti Gaza, secara spesifik? Menurut saya, tidak demikian. Jurnalisme sejati tidak seharusnya diikat oleh agenda yang memaksa, melainkan berlandaskan pada pencarian kebenaran dan ketepatan informasi.
Namun, kita tidak bisa menutup mata terhadap fakta di lapangan. Bertambahnya jumlah jurnalis yang gugur di Gaza menjadi bukti nyata adanya pembungkaman yang biadab dan brutal terhadap suara media. Tindakan semacam itu adalah ancaman terhadap kebebasan pers, tidak hanya di Gaza, tetapi di seluruh dunia.
Saya berharap kita bisa membangun ruang diskusi yang sehat, konstruktif, dan berbasis fakta mengenai isu-isu penting yang memengaruhi masyarakat. Tuduhan dan label tanpa dasar hanya akan memperkeruh suasana, mengaburkan kebenaran, dan merusak kepercayaan publik terhadap media.
Kebebasan pers adalah fondasi demokrasi. Tugas kita adalah menjaganya, memeliharanya, dan menggunakannya untuk menyuarakan kebenaran bagi semua.
Penulis: Vian // Netty