-->
  • Benua Post Nusantara

    Copyright © Benua Post Nusantara
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Tex berjalan

    Iklan


     


     

    Category 2

    Cikal Bakal Berdirinya Treteg Kertosono atau yang lebih di kenal Jembatan Lama Kertosono

    Jumat, 01 Agustus 2025, 10:37:00 PM WIB Last Updated 2025-08-01T15:37:43Z
    masukkan script iklan disini
    Nganjuk Benua Post Nusantara.com
    Treteg Kertosono atau yang lebih dikenal dengan sebutan "Jembatan Lama Kertosono "mempunyai nilai historis yang tidak pernah di lupakan oleh pemerhati sejarah Nganjuk.

    Treteg Kertosono atau juga yang lebih dikenal dengan Jembatan lama Kertosono di bangun di era sebelum kemerdekaan.
    Dikutip Laporan koran Belanda De Locomotief pada tahun 1920 Pemerintahan Kolonial  sudah mempersiapkan baik teknisi dan juga bahan matrial untuk persiapan pembangunan Treteg Kertosono.Dengan harapan  jembatan tersebut dapat digunakan pada tahun 1921. 

    Namun, pembangunan jembatan ini mengalami keterlambatan, dan baru sepenuhnya selesai serta dapat dilalui pada tahun 1924, berdasarkan laporan surat kabar Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië. 
    De Locomotief dalam laporannya yang diterbitkan pada 17 Mei 1920 melaporkan bahwa pemerintah kolonial telah menyetujui pembangunan jembatan tetap, dengan biaya yang diperkirakan mencapai f 409000 .

    Lokasi jembatan sebelah ini selatan jembatan kereta api.  Pembangunan jembatan ini diharapkan dapat memudahkan mobilitas warga yang berasal dari arah Nganjuk maupun Madiun menuju Jombang dan Surabaya, untuk mempermudah transportasi kolonial dan juga penduduk di era itu.

    Jembatan lama Kertosono di bangun juga berdasarkan pemikiran Kolonial dengan tujuan untuk mengembangkan transportasi perniagaan seperti era era sebelumnya.Hal ini merujuk pada
    Ware de Brantas bevaarbaar gebleven, dan zou Kertosono een andere toekomst hebben gehad (Seandainya Brantas tetap bisa dilayari, masa depan Kertosono akan berbeda).” tulis laporan Surat Kabar Algemeen handelsblad voor Nederlandsch Indië dan De Locomotief, yang sama-sama terbit pada 3 Maret 1938.

    Namun keberadaan Jembatan Lama Kertosono ini belum bisa sepenuhnya mengembalikan gairah perdagangan di Kertosono, yang mana hingga abad ke-19 Kertosono merupakan pusat niaga air dan menjadi dermaga atau tempat berlabuh bagi ratusan kapal dan perahu sejenis pirogue pengangkut beraneka ragam bahan komoditas.

    Di era kolonial Jembatan Kertosono juga menyimpan history perjuangan putra bangsa sebagai tonggak perlawanan pejuang kemerdekaan untuk mempertahankan wilayah Kertosono.Di atas treteg Kertosono pernah terjadi peristiwa era Agresi Belanda ke-2 , yang dikenal sebagai "Perang Treteg Tosono", merupakan pertempuran sengit antara pejuang Indonesia melawan pasukan Belanda di Jembatan Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur. Pertempuran ini terjadi di sebuah jembatan yang kemudian menjadi saksi sejarah perjuangan merebut kemerdekaan dan diyakini sangat berharga bagi masyarakat sekitar. 
    Peristiwa pertempuran di Jembatan Lama Kertosono tidak pernah di lupakan oleh sebagian pemerhati sejarah Nganjuk.
    Dalam peristiwa tersebut pejuang pejuang Indonesia berhasil melumpuhkan kendaraan lapis baja Belanda dengan ranjau darat di sepanjang jalan antara Kertosono-Baron, dan pertempuran hebat terjadi di jembatan. Pertempuran ini digambarkan setara dengan pertempuran di Surabaya. 
    Perjuangan dan keberhasilan mempertahankan wilayah Nganjuk dan sekitarnya dikatakan tidak terlepas dari ketekunan Mbah Kerto dan pasukannya. 

    Asal Usul Nama Kertosono:
    "Treteg" berarti jembatan dalam bahasa Jawa, dan "Tosono" adalah kependekan dari Kertosono. Nama Kertosono sendiri berasal dari nama seorang pahlawan, Mbah Kerto, yang makamnya berada di Desa Kuncen, Kecamatan Patianrowo. 
    Pentingnya Jembatan Lama Kertosono.

    Jembatan ini menjadi ikon Kertosono dan menyimpan banyak sejarah perjuangan kemerdekaan, serta menjadi jalur penghubung penting bagi masyarakat. Meskipun telah ditutup sejak 2018 karena kondisi yang memprihatinkan, Jembatan Lama Kertosono tetap memiliki nilai sejarah yang tinggi.
    Namun keberadaannya yang bersejarah ini belum masuk dalam daftar Cagar Budaya, melainkan statusnya masih ODCB(Obyek Diduga Cagar Budaya.Namun walaupun masih status ODCB Jembatan Lama Kertosono memiliki potensi sebagai cagar budaya di masa depan, sehingga perlu dilindungi dan dilestarikan.
    Pelindungan terhadap ODCB juga merupakan bagian dari pelestarian warisan budaya bangsa.
    Penemuan ODCB dapat memberikan informasi penting tentang sejarah dan budaya suatu daerah. .(Tomo)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    Pasang Iklan Anda Disini : 081295090601