Jakarta, benuapostnusantara.com | Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memberikan tanggapan terkait masa depan pengembangan Blok Ambalat, khususnya di tengah memanasnya hubungan Indonesia–Malaysia setelah negeri Jiran tersebut mengganti istilah Laut Ambalat menjadi Laut Sulawesi.
Bahlil menegaskan bahwa persoalan batas teritorial kedua negara merupakan ranah Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu). Pihaknya tidak akan ikut campur dalam pembahasan yang menyangkut kedaulatan negara.
“Kalau secara teritori, itu nanti biarlah Kemhan sama Menlu yang jawab. Tetapi memang ada sempat ide, bahwa Ambalat itu, kalau ada sumber daya alamnya, dikelola bersama. Tapi itu masih dalam batas ide,” ujar Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Senin (11/8/2025).
Blok Ambalat sendiri telah lama menjadi wilayah strategis yang memiliki potensi besar cadangan minyak dan gas bumi. Letaknya yang berbatasan langsung dengan wilayah maritim Malaysia menjadikannya sensitif secara politik maupun ekonomi.
Sebelumnya, hubungan Indonesia dan Malaysia sempat memanas setelah Malaysia mengganti penyebutan Laut Ambalat dalam peta dan dokumen resmi menjadi Laut Sulawesi. Langkah ini memicu respons dari sejumlah pihak di Indonesia yang menilai perubahan istilah tersebut dapat memengaruhi persepsi publik terkait kedaulatan wilayah.
Meski demikian, wacana pemanfaatan bersama sumber daya alam di Ambalat dengan Malaysia bukan hal baru. Konsep ini pernah muncul dalam diskusi informal, namun belum pernah diformalkan dalam kerja sama resmi.
Pengamat hubungan internasional menilai, pendekatan diplomasi dan negosiasi menjadi kunci dalam mengelola isu Ambalat. Di satu sisi, Indonesia harus menjaga kedaulatan wilayah, namun di sisi lain peluang kerja sama di sektor energi dapat memberi manfaat ekonomi jika dilakukan secara adil dan transparan.
Pemerintah Indonesia saat ini masih menunggu pembahasan lanjutan dari Kemhan dan Kemenlu terkait posisi resmi negara dalam menghadapi perkembangan terbaru isu Ambalat, termasuk rencana pengelolaan potensi migasnya di masa depan.
Redaksi