Nyadran berasal dari bahasa Sanskerta "sraddha" yang artinya keyakinan. Tradisi nyadran merupakan bentuk kepercayaan masyarakat Jawa terhadap leluhur atau yang dikenal dengan animisme.
Dalam perkembangannya, tradisi nyadran menjadi wujud rasa syukur atas anugerah Tuhan.Nyadran atau bersih desa adalah tradisi Jawa yang berakar dari adat dan kepercayaan tradisional sekitar abad sebelum 7 Masehi ,di mana pemeluk agama pulau Jawa masih menganut Hindu Budha, kemudian dengan berjalannya waktu, sekitar abad 13 Islam mulai berkembang pesat,adat nyadran ini berkolaborasi dan dikombinasikan dengan pengaruh Islam, biasanya dalam upacara nyadran ada 2 versi do,a yang di laksanakan saat ritual,yaitu do,a dengan bacaan ayat suci Al Qur'an dan juga dengan bacaan, istilah"Ujub"atau do,a yang di bawakan dengan bahasa Jawa atau bahasa daerah masing masing.
Tradisi ini bertujuan untuk membersihkan dan mendoakan makam leluhur, serta memohon keselamatan dan kesejahteraan bagi desa yang di maksud.
Nyadran merupakan contoh akulturasi budaya Jawa dengan Islam, dimana tradisi lokal Jawa, seperti ziarah kubur dan kegiatan membersihkan makam, dikombinasikan dengan kegiatan keagamaan seperti doa dan kenduri.
Penyataan Rasa Syukur:
Nyadran juga merupakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan leluhur atas segala limpahan berkah dan perlindungan yang diberikan sebagai bentuk
perwujudan penghormatan terhadap ruh yang pernah berjuang atau istilah Jawanya"cikal bakal"Atau "Babat"daerah itu
Tradisi ini menjadi wujud penghormatan kepada leluhur yang telah meninggal, serta harapan akan masa depan yang lebih baik bagi desa.
Nyadran juga mengandung nilai nilai sosial budaya seperti gotong royong, pengorbanan, ekonomi, silaturahmi, dan saling berbagi antar masyarakat.
Adapun contoh kegiatan kegiatan tradisi nyadranp pembersihan makam,kegiatan utama adalah membersihkan makam leluhur dari kotoran, rumput liar, dan tanaman yang tidak diinginkan. Ziarah Kubur,
warga desa secara bersama-sama mengunjungi makam leluhur untuk mendoakan dan menyampaikan rasa syukur.
Kenduri atau slametan adalah kegiatan makan bersama dengan membawa makanan dari rumah masing-masing, yang kemudian didoakan oleh pemuka agama setempat dengan do,a bahasa Jawa dan bahasa arab.
Di beberapa desa, Nyadran juga diiringi dengan kegiatan tayuban, wayang kulit,atau pertunjukan seni tradisional lainnya, yang menjadi bagian dari rangkaian acara.
Nyadran merupakan upaya untuk melestarikan budaya dan tradisi dan kearifan lokal, serta menjaga warisan leluhur dari generasi ke generasi.
Persatuan dan kebersamaan , gotong royong serta menjalin silaturahmi di antara mereka,
Itulah yang menjadikan harapan masa depan warisan leluhur untuk generasi berikutnya.
Nyadran juga menjadi momentum untuk memanjatkan doa dan harapan agar desa senantiasa diberkahi keselamatan, kesejahteraan, dan kemajuan.
Dengan demikian, Nyadran bukan hanya sebuah tradisi, tetapi juga sebuah bentuk perwujudan rasa syukur, penghormatan leluhur, pelestarian budaya, dan harapan akan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat desa.(Fajr)