CIREBON — Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dikelola oleh Satuan Pelayanan Penyedia Gizi (SPPG) Desa Setu Kulon kembali menjadi sorotan tajam. Insiden mengejutkan terjadi pada Selasa (4/11/2025) di SDN 2 Setu Wetan, Kecamatan Plered, di mana sekitar 20 siswa terkapar diduga akibat keracunan makanan yang dikirim dari penyelenggara program tersebut.
Suasana sekolah yang semula riang mendadak berubah tegang dalam hitungan menit. Para siswa dilaporkan mengalami gejala mual, muntah, pusing, dan sakit perut tak lama setelah menyantap menu makan siang dari program MBG.
Guru serta staf sekolah dengan sigap mengevakuasi para korban ke Puskesmas Plered untuk mendapatkan pertolongan medis.
Kejadian ini sontak memicu kepanikan di kalangan orang tua murid. Banyak dari mereka mempertanyakan standar kebersihan, kualitas bahan makanan, serta sistem pengawasan yang diterapkan oleh pihak SPPG Setu Kulon.
Beberapa wali murid bahkan menilai bahwa program yang seharusnya menyehatkan anak-anak justru menjadi ancaman bagi keselamatan mereka.
Ketua Paguyuban Rakyat Cirebon (PARACI), Fuad, turut bereaksi keras terhadap insiden tersebut.
“Ini bukan insiden kecil. Dua puluh anak terkapar setelah makan gratis? Ini alarm bahaya! Bila ada kelalaian, SPPG wajib bertanggung jawab. Jangan ada yang menutup-nutupi,” tegasnya.
Fuad menilai, peristiwa ini menjadi bukti nyata bahwa pengawasan terhadap pelaksanaan program MBG masih sangat lemah dan perlu segera dilakukan tindakan tegas.
Dalam pernyataannya, Fuad menegaskan bahwa PARACI akan mengawal kasus ini hingga tuntas dan menuntut adanya langkah nyata dari pihak berwenang.
PARACI mendesak:
Audit komprehensif terhadap dapur dan fasilitas pengolahan makanan SPPG,
Pemeriksaan bahan baku dan proses distribusi,
Uji laboratorium terhadap sisa makanan,
Evaluasi menyeluruh terhadap sistem dan pelaksana program,
Serta penghentian sementara distribusi makanan sampai hasil pemeriksaan resmi diumumkan.
“Program makan gratis harusnya menyehatkan, bukan membuat anak-anak masuk puskesmas. Kami akan kawal sampai semuanya terang benderang,” tegas Fuad.
Pihak sekolah menyatakan akan berkoordinasi dengan dinas terkait untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap penyelenggaraan program MBG di wilayahnya.
Sementara para wali murid meminta agar penyebab pasti keracunan diungkap secara terbuka, agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.
Beberapa anak yang mengalami gejala cukup berat disebut masih menjalani observasi di fasilitas kesehatan setempat.
Guru pendamping menyebut, kejadian ini berpotensi menimbulkan trauma bagi para siswa yang terlibat.
Masyarakat menilai, kejadian di SDN 2 Setu Wetan menjadi momentum penting untuk meninjau ulang legalitas dan prosedur operasional program MBG di tingkat desa.
Jika dalam hasil pemeriksaan ditemukan adanya unsur kelalaian atau perbuatan melawan hukum (PMH), warga mendesak agar pihak berwenang menindak tegas sesuai hukum yang berlaku, agar menjadi pelajaran bagi penyelenggara program serupa lainnya.
Insiden keracunan massal ini meninggalkan tanda tanya besar atas kualitas pengawasan dan tanggung jawab penyedia layanan makan gratis di daerah.
Publik kini menanti langkah nyata dari pemerintah daerah, Dinas Kesehatan, serta aparat penegak hukum untuk memastikan keamanan pangan dan keselamatan anak-anak sekolah di Cirebon.







